Tinggalkan Prinsip “Empat Sehat Lima Sempurna” MAKANAN sehat pada prinsipnya memiliki gizi berimbang, Peringatan pemerintah ini berdasarkan Pedoman Departemen Kesehatan tahun 1995 agar masyarakat tak lagi memegang prinsip ’empat sehat lima sempurna’. ”Menu makanan sehat adalah gizi seimbang dengan 3B plus A,” tutur dosen Politeknik Kesehatan Denpasar, Jurusan Gizi, Ida Ayu Eka Padmi Ari S.K.M.,M. Kes. Ia menjelaskan, untuk mencapai ’empat sehat lima sempurna’ masyarakat harus mengonsumsi susu. Setelah 20 tahun mengonsumsi susu, mereka justru rentan mengidap gangguan penyakit noninfeksi akibat kelebihan energi.
Ia menuturkan, tentu saja kelebihan energi ini tak hanya akibat mengonsumsi susu. Bisa juga akibat zat lain yang berlebihan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin. ”Masyarakat perlu mengonsumsi susu sepanjang tubuh masih perlu zat nutrisi,” katanya.
Adanya anjuran kepada masyarakat mengonsumsi makanan yang mengandung unsur ’empat sehat’, membuat orang berpikir harus mengonsumsi susu agar mencapai unsur ke lima yaitu sempurna. Padahal, kata Dayu, jika dengan mengonsumsi makanan sudah cukup, tak perlu lagi mengonsumsi susu yang berakibat pada kelebihan energi. ”Kelebihan energi ini akan memacu petumbuhan penyakit noninfeksi seperti jantung dan asam urat,” katanya.
Ia menjelaskan, makanan sehat harus memegang prinsip 3 B plus A yang meliputi bergizi, berimbang, beragam, dan aman. Makanan harus bergizi yaitu mengandung semua unsur gizi yang diperlukan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. ”Selain bergizi, makanan harus berimbang yakni komposisi zat-zat tersebut disesuaikan dengan keperluan tiap orang yang tidak sama,” katanya. Contoh, orang dengan aktivitas sedang perlu 2 ribu kalori per hari. ”Untuk mencapai dua ribu kalori ini bisa dengan mengonsumsi karbohidrat 60 s.d. 70% atau sebanyak 300 s.d. 400 gram beras, sama dengan 3 porsi nasi dan sisanya protein, lemak, vitamin, dan mineral,” katanya.
Ia mengatakan, zat protein yang diperlukan 15 s.d. 20 % dari total energi. Sehari perlu konsumsi protein 100 s.d. 150 gram yang berasal dari protein nabati dan hewani. ”Konsumsi daging ukuran korek api sama halnya memasukkan protein 50 gram dalam tubuh. Porsi 150 gram, dibagi pada makan pagi, siang, dan sore, masing-masing 50 gram dengan menu berganti-ganti ,” katanya. Unsur lemak, diperlukan 10 s.d. 15 % dari keperluan energi. ”Porsi vitamin dan meneral disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin tiap orang,” ujarnya.
Menurut Dayu, dalam sehari tiap orang perlu makan 3 s.d. 5 porsi buah dan sayur. ”Ukurannya bisa dikira-kira, jika 1 porsi nilainya 100 gram bisa mengonsumsi 1 buah pisang ukuran sedang,” tuturnya.
Ia mengingatkan pentingnya mengganti menu dalam sehari. Hal ini karena idealnya tiap orang perlu konsumsi 15 jenis makanan.
Selain bergizi dan berimbang, menu makanan harus beragam. Apalagi saat ini pemerintah mencanangkan masyarakat mengonsumsi bahan pokok nonberas. Selain beras, masyarakat dianjurkan mengonsumsi bahan pokok lainnya seperti ketela, kentang, jagung, untuk memenuhi zat karbohidrat.
Protein dan vitamin pun harus beragam. ”Jika makan pagi menyantap ikan, menu makan siang bisa telur dan makan malam dapat tempe tahu,” katanya.
Faktor warna juga harus diperhatikan. Minimal 3 warna dalam sehari. Ragam warna alami pada buah berfungsi sebagai antioksidan yang diperlukan tubuh.
Di samping mencakup 3 B tersebut, kata Dayu, bahan makanan harus aman dikonsumsi. Yaitu, aman dari mikroba serta bahan tambahan makanan seperti penyedap, bahan pengawet, dan pewarna.
Ia menyarankan sebaiknya bahan makanan bebas pestisida. Saat ini masih sulit mencari jenis sayur dan buah organik. Hal ini karena tanah untuk media tanam pun telah tercemar pestisida. ”Mungkin lebih baik menanam sendiri sayur dan buah,” sarannya. Meski begitu ia menganjurkan masyarakat membeli sayur dan buah organik. Salah satu ciri sayur organik, pada sayur terdapat lubang bekas dimakan ulat, sementara pada buah organik permukaannya tidak halus mulus. – tin